pr agency jakarta

Ini Ceritaku saat Berkarir di PR Agency Jakarta

Ketika kuliah, ada momen yang selalu ditunggu-tunggu oleh teman-temanku yang mengambil konsentrasi atau penjurusan Hubungan Masyarakat. Momen itu adalah praktikum konferensi pers, di mana mereka akan memainkan sejumlah peran dari sebuah proposal yang telah disusun. Biasanya mereka akan mengenakan setelan jas atau blazer, high heels, dan makeup yang paripurna.

Aku, yang ketika itu mengambil penjurusan Jurnalistik, sebenarnya juga tak terlalu paham apa yang mereka kerjakan. Namun tidak disangka, pekerjaan pertamaku setelah lulus kuliah adalah menjadi PR consultant. Here’s some of the things I learned from working in the PR Agency Jakarta which I wish I know earlier.

Nggak Harus Extrovert

This is the biggest misconception about being a consultant, katanya orang public relations itu harus ekstrovert dan outgoing. Well, mungkin dua karakteristik itu bisa banyak membantu untuk lebih mudah atau nyaman dalam approach orang-orang yang akan ditemui. Tapi, bagi kalian yang introvert, nggak perlu khawatir karena kamu juga pasti punya banyak kelebihan.

Dalam buku “Quiet” yang ditulis oleh Susan Cain, disebutkan bahwa mereka yang introvert memiliki kemampuan analitis, kreativitas dan daya inovasi yang tinggi. Introvert juga memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin yang baik, karena memiliki kepekaan lebih tajam dalam mendengar atau mengobservasi suatu hal. Nah, tentunya hal ini akan sangat membantu pekerjaan sebagai PR consultant yang juga banyak berkutat dengan analisis dan strategi.

Baca juga: 3 Hal Menarik Selama Magang di Agency Public Relations | Segudang Ilmu PR Berkat Magang di PR Agency Jakarta

I myself is an introvert. Awalnya, dulu aku sempat merasa kikuk ketika harus mingle dengan banyak sekali orang dalam satu waktu. Namun lama-kelamaan menjadi terbiasa setelah memahami bahwa percakapan harus dibangun dengan genuine, tidak sekadar basa-basi saja.

Menjadi Jack of All Trades

Banyak orang yang heran dengan job desk PR consultant yang mungkin terdengar sangat luas. Selama aku bekerja, setidaknya ini beberapa hal yang pernah ku lakukan: media monitoring, membuat strategi komunikasi, handling klien, membangun relasi dengan jurnalis, event management, menulis, reach out komunitas dan influencer, membuat konsep video dan konten media sosial, mengelola media partnership, hingga mengurusi merchandise. Istilah kekiniannya sih mungkin end-to-end.

Berhubung masih muda dan banyak energi, aku menikmati banyak hal yang kupelajari. Curiosity & creativity akan menjadi bekal yang sangat berguna ketika bekerja di PR agency dengan ritme kerja yang fast paced. Aku ingat salah satu cerita alumni intern Media Buffet PR beberapa waktu lalu, Hasna yang mendapat ilmu dan perspektif baru serta mengasah otak untuk berpikir kreatif karena menjadi PR Consultant mengharuskan kita bertemu banyak orang dengan berbagai latar belakang. Mungkin kita belum familiar di suatu hal, tapi jadi kepo dan banyak akal akan membuat proses belajar jadi lebih cepat.

Manage Waktu & Energi

Nggak dipungkiri, mengerjakan banyak hal sekaligus terkadang melelahkan. Apalagi seringkali kita juga harus handle beberapa klien atau project dengan ritme kerja yang sama cepatnya. Oleh sebab itu, nggak sulit untuk maklum bahwa kerja di agency memang bukan untuk semua orang.

Kemampuan utama yang harus dimiliki oleh seorang PR consultant adalah pintar mengatur skala prioritas.

Hal ini bisa dilakukan setiap harinya dengan membuat daftar pekerjaan untuk hari itu. Barulah kita bisa mencermati apa yang harus dikerjakan pertama kali, apa yang kurang mendesak, dan mana saja yang bisa didelegasikan. Nggak kalah pentingnya, kita juga harus mengkomunikasikan apa yang kita kerjakan hari itu kepada tim. Sehingga kita bisa memberikan ekspektasi kapan pekerjaan bisa ter-deliver.

Karena sudah punya target, biasanya kita jadi termotivasi untuk kerja lebih fokus dan efektif. Buat menghindari distraksi, ada beberapa cara yang bisa dicoba, salah satunya misalnya menggunakan teknik Pomodoro.

Ada satu perkataan ibuku yang selalu kuingat: “Pekerjaan itu nggak akan pernah habis. Jadi kita sendiri yang mesti tahu kapan harus berhenti”. Walau kadang mungkin sulit direalisasikan, nasihat Ibu ini sering jadi pengingatku untuk set boundaries kapan harus bekerja dan beristirahat. So far, cara-cara ini mujarab untukku me-memanage waktu dan energi.

Be a Team Player

Pada awalnya aku tipe orang yang suka bekerja mandiri, namun selama di Media Buffet PR aku belajar banyak dalam bekerja sebagai tim. Selain untuk pekerjaan utama, banyak project-project sampingan yang memungkinkan kita untuk berkolaborasi dengan semua orang. Misalnya ketika menyiapkan berbagai kegiatan internal, talk show TalknShare, hingga menyiapkan hampers momen spesial untuk partner.

I’m lucky selama bekerja di Media Buffet PR aku juga mendapatkan lingkungan kerja yang friendly dan suportif. Banyak rekan kerja yang akhirnya benar-benar menjadi teman main. Menurutku, lingkungan kerja yang nyaman itu diciptakan. Jadi jika ingin punya rekan kerja yang peduli dan suka menawarkan bantuan, kita pun juga harus berusaha untuk menjadi demikian.

Baca juga: Proses Pengembangan Diri Kiara Zalfa di Media Buffet PR

Looking back pengalaman yang kudapat selama tiga tahun, hampir empat tahun, bekerja di Media Buffet PR, senang sekali rasanya bisa menjadi bagian dari salah satu PR Agency Indonesia yang kini semakin diperhitungkan. Semoga apa yang beberapa hal yang telah kupelajari selama jadi consultant di PR Agency Jakarta bisa membantumu, ya!

Written by Chiki Anwar, Public Relations Consultant at Media Buffet PR

Share with
Popular Post
Archives
en_US